Oleh: AxBxSuteja
Beberapa tahun yang lalu saya sempat putar beberapa lagu di kantor saat lembur hari Sabtu dengan speaker portable membawa sendiri dari rumah dan dengan volume masih agak pelan, bukan kategori musik keras atau hingar bingar juga. Cukup nge-pop kok walau memang underrated atau non-mainstream. Lalu teman saya nyeletuk, "lagu-lagu lo enak juga, tapi kok gak ada yang terkenal ya??" hahahahaa... ini lucu.
Dari pengalaman tersebut, saya menganalisa dan sedikit menyimpulkan kalau ternyata masyarakat di Indonesia secara umum memang lebih memilih apa yang 'umum', 'instan', terkenal di pasaran dan tidak mau secara inisiatif memilih secara bebas dengan hati dan rasa jika ingin menikmati musik. Masih menunggu jalur pasar dan juga masih menggeneralisir kalau pemain musik keras jarang atau tidak suka musik lain yang lebih lembut atau nge-pop. Generalisasi seperti ini memang menyesatkan, apalagi jadi kontra-edukatif disamping penyedia atau transformator musik di Indonesia memang kurang mengedukasi pendengarnya, bahkan penyiar radio-pun sering hanya bacot atau memandu curhat sambil memutar song/playlist di radionya tanpa menjelaskan siapa yang menyanyikan, atau dari album apa diambil. Apalagi membahas genre dan segala macam relasi musik dan dokumentasi rilisannya? Sangat langka dan jauh dari esensi memperkenalkan karya musisinya. Jadi jangan heran juga kalau pembajakan terus berlangsung atau orang-orang ogah beli rilisan fisik, hanya mau mengunduh e-file lagu/album nya dari internet. Karena memang kesadaran si pemandu lagu kurang mengedukasi dan malas berbagi informasi tentang apa yang dia putar/setel kepada pendengarnya yang notabene referensinya dari jalur utama/pasar.
Sejujurnya, saya memang mempunyai band dan kategori musiknya selalu cadas. Dari punk hingga grindcore dan death metal. Sebenarnya jamming atau menghibur acara tertentu, saya juga suka terlibat dalam band yang memainkan pop hingga sedikit nge-jazz. Inspirasi itu luas, Referensi itu datang dari mana saja. Main metal ilham datang bisa dari mendengarkan Mozart, Celine Dion atau bahkan Sarah Brightman. Main Punk bisa terinspirasi dari The Smiths atau Morrisey. Saya-pun sehari-hari ketika bekerja atau mau tidur, butuh inspirasi musik yang tenang selain kadang diselingi musik hardcore punk. Ya, berikut ini saya ingin berbagi playlist yang seminggu ini sering saya putar dan sangat menginspiurasi juga di kehidupan sehari-hari saya. Playlist juga bagian dari apa yang saya rasakan dan ingin saya resapi apa yang saya dengar. Realistis saja bukan? Beberapa diantaranya juga saya upload di akun Path saya :)
1. IVY - I don't know why i love you
(Album : Guestroom, 2002)
Indie-pop atau dream-pop ini memang benar menemani saya waktu kebagian lembur malam atau piket sewaktu saya hanya sendirian, Sabtu malam kemarin. Daripada lembur membayangkan yang aneh-aneh atau streaming film dewasa, lebih baik mendengarkan ini ditemani kopi dan biskuit cokelat. IVY sudah saya kenal sejak dirilis oleh FFWD Records asal Bandung yang juga merilis CLUB 8 dan MOCCA. Dan inilah judul yang cocok di hati 'Saya tidak tahu kenapa saya cinta pada apa yang saya jalani'. itu saja.
2. IMOGEN HEAP - First Train Home
(Album : Eclipse, 2009)
Seminggu atau 2 minggu sekali ketemu dengan keluarga (anak-anak dan istri) di luar kota memang menjadi romansa perjalanan rutin saya hingga saat ini. Cukup relevan dan 'dalem' maknanya. Apalagi ketika pagi buta setelah adzan Subuh, kereta datang untuk kembali pulang ke Jakarta tempat mencari nafkah dan bertempur dengan banyak penjilat di ibukota. Jam 5 pagi klakson lokomotif menyala, peluit petugas stasiun kereta api ditiup panjang dan roda kereta api mulai berputar menuju kota tujuan dan berpisah sejenak dengan orang-orang yang saya sayangi. Kereta pertama untuk pulang telah membawa saya masih bisa bernafas dan memenuhi 'kewajiban-kewajiban' saya. Dan beruntunglah saya pernah melihat live-nya Imogen Heap di Jakarta tahun 2009 lalu.
3. (BLACK) FLAG - Jealous Again
(Album : Jealous Again, 1980)
Cukup klise kah iri/cemburu itu? Setiap insan dikurniakan dengan perasaan cemburu. Sekiranya ada di
kalangan kita yang tidak pernah berasa cemburu, itu adalah sesuatu yang
abnormal. Bukan apa, perasaan cemburu ini semestinya wujud di dalam diri
kita tidak beda, ada lelaki maupun wanita karena perasaan itu adalah
fitrah manusia. Walaupun sedikit, perasaan itu pasti akan terbit dari
lubuk hati kita yang bergelar insan. Tetapi, cemburu buta akan membunuh kita sendiri. Cemburu juga bisa menjadi jalan iblis untuk melakukan hal-hal konyol dan bodoh. Setidaknya, cemburulah yang positif untuk memacu kita melakukan yang lebih baik atau bahkan berbeda dan mempunyai terobosan baru yang konstruktif. Apalagi dengan komposisi klasik Hardcore/Punk rock seperti ini. Up the punk and still rebel, don't jealous again!
4. THE ROCKING HORSE WINNER - Sleep Well
(Album : The state of feeling concentrate, 2003)
Ya, lagu ini memang benar membuat saya tertidur pulas dan nikmat. Suara Jolie Lindholm yang dulu pernah menjadi Backing vocal DASHBOARD CONFESSIONAL tetap menjadi favorit saya sampai saat ini. Suaranya natural, angelic dan jujur. TRHW merupakan band yang berumur pendek tapi sangat esensial bagi saya, disamping diperkuat oleh anak-anak hardcore Florida dari AS FRIEND RUST yaitu Henry Olmino & Matt Crum, SHAI HULUD (Oliver Chapoy) dan POISON THE WELL (Jeronimo Gomez). TRHW memang menjadi alternatif inspirasi, bahkan beberapa lagunya seperti bayangan maya dari CHERRY BOMBSHELL-nya Indonesia.
5. KELAKAR - Sistra
(Album : Mari Kita Mulai, 2015)
Sulit dimengertikah lagu ini? Tidak juga ah. Ini adalah komposisi hebat, Musiknya di luar pakem dan berlawanan dengan pasar/industri musik Indonesia. ya cukup rumit memang, avantgarda/vanguard, experimental metal, thrash dan kadang menggerinda, cerdas dan tangkas. Rumus menikmati lagu ini, harus suka Matematika, karya lukisan abstrak dan surealis serta olahraga ekstrim. Cukup bangga bisa berteman dengan mereka dan pernah main bareng di acara yang saya organisir.
6. JINGGA - Tentang Aku
(Album : Tentang Aku, 1996)
Jingga adalah proyek duo antara Fe dan
Therry. Mengusung genre pop minimalis, dengan vokal penyanyinya yang
juga minimalis (suara penyanyinya tipis tapi memang unik). 'Tentang Kita'
adalah satu satunya album yang pernah dikeluarkan Jingga, dan cukup
diterima publik. Saya-pun menikmatinya setelah berkisar 20 tahun tidak mendengarnya, seketika ada di youtube dan di aransemen ulang oleh Andien saya langsung memutar terus lagu ini hingga tertidur.
7. THE CORRS - Buachaill On Eirne
(Album : Home, 2006)
The Corrs memang pada masanya selalu melahirkan hits. Tidak hanya 1 atau 2 lagu yang hits di setiap albumnya, tetapi bisa hampir satu album jadi hits. Easy listening, tidak mencolok atau dominan di vokal, tapi perpaduannya indah dan menawan dibalut elemen tradisional Irlandia (Celtic music). Instrumennya selalu membuat saya seperti di 'terapi audio' jika saya putar beberapa kali. Album mereka di 2016, White Light memang sejujurnya belum membuat saya jatuh cinta. Beberapa lagu seperti 'I do what i like' dan 'Bring On The Night' memang sudah cukup catchy di telinga. tapi feel-nya belum se-'dalem' album-album sebelumnya. Album-album mereka sebelumnya selalu disambut hangat Tangga lagu Internasional. Namun album ini mungkin masih sekedar menjadi tangga lagu penngemar setianya. dan Buachaill On Eirne yang berbahasa Irlandia sangat menyentuh saya, dari instrumen musik hingga terjemahan liriknya memang 'jero ka hate'.