Sudah
setahun lebih 3 bulan saya tinggal di sebuah kota pesisir maupun kota industri,
selatan Jawa Tengah, Cilacap. Waktu yang tepat untuk menulis dan
mendokumentasikan banyak hal saya mulai kembali sekarang. Tidak terasa, saya juga
sudah bersiap-siap meninggalkan kota ini yang rencananya akhir Nopember 2014
kembali ke asal saya di kota Depok (Jawa Barat, pinggirannya ibukota Jakarta).
Sedih memang, ya mau bagaimana lagi. Namanya tugas dari kantor, masih jadi
staf, masih dikepalai banyak orang yang mengambil keputusannya juga
berbeda-beda, kontrak lagi. Ah sudahlah, jadi didramatisir begini.
Cilacap
dibedakan menjadi dua lingkup, yaitu Cilacap sebagai kota kecil atau ibukota
dari Kabupaten Cilacap, dan Cilacap sebagai Kabupaten dengan banyak kecamatan
dan desa-desa yang sangat luas dari perbatasan di area Banyumas (Purwokerto dan
sekitarnya), area Brebes (Bumiayu), area Kebumen (Gombong, Karanganyar) hingga berbatasan dengan
provinsi Jawa Barat dengan luas 2.142,59 km2 dan jumlah penduduk hampir 1,7
juta jiwa. Kabupaten Cilacap tercatat memiliki beberapa objek wisata yang sering
dikunjungi, baik oleh wisatawan lokal dan luar negeri. Bahkan tadinya pelabuhan
di Cilacap sempat menjadi tempat transit para turis luar negeri yang hendak ke
Pangandaran sebelum akhirnya pelabuhan hanya untuk transit barang-barang
industri saja. Dari sisi budaya, setiap tahun Kabupaten Cilacap
menyelenggarakan ritual ‘Sedekah Laut’ yang diikuti oleh ribuan nelayan
setempat, dan dihadiri oleh ratusan ribu orang dari berbagai daerah di
Indonesia. 'Sedekah Laut' ini dibiayai
dengan APBD Pemerintah Kabupaten Cilacap. Selain Sedekah laut, kesenian daerah
yang berkembang di daerah ini adalah 'Calung Banyumasan' dan 'Ebeg' (semacam Kuda Kepang yang
ada di Kabupaten Magelang). Bahasa yang digunakan adalah Jawa (dialek
Banyumasan) yang dikenal dengan istilah ngapak (walau orang-orang tua disini
juga sebagian masih menggunakan bahasa Jawa halus) meliputi daerah yang
berbatasan dengan kabupaten Purwokerto dan Kebumen seperti Kesugihan, Maos,
Sampang, Kroya, kota Cilacap sendiri sampai Nusa Kambangan bagian timur. Sebagian
di daerah barat kabupaten Cilacap seperti Majenang, Karangpucung, Wanareja (yang
dekat dengan kota Banjar & Pangandaran, Jawa Barat) berbahasa Sunda atau
bisa 2 bahasa. Masalah kuliner, sudah pasti Tempe Mendoan Cilacap dan tahu
brontak serta Mie Nyemek menjadi yang paling khas disini.
Namun
akhirnya takdir berkata lain di akhir Nopember ini. Tugas di Cilacap
diperpanjang, pindahan kembali ke Depok diundur menjadi sekitar Maret 2015. Sebagai
kenang-kenangan, penting rasanya saya menceritakan apa yang ada disekitar saya.
Terutama yang berkaitan dengan hobi dan passion
saya di area budaya dan estetika. Apalagi kalau bukan musik, komunitas,
subkultur maupun kultur tandingan. Rasanya saya memang mulai betah tinggal di
kota ini setelah melewati bulan ke enam, dan seperti menjadi tanggung jawab tersendiri
untuk ikut memperkenalkan lebih besar ke khalayak ramai di luar sana bagaimana
skena lokal di pesisir selatan Jawa Tengah ini. Farewell note to this city.
Peta Cilacap, Jawa Tengah bagian selatan |
Batas utara kota Cilacap |
Benteng Pendem, salah satu warisan era penjajahan Belanda |
Perpisahan
(farewell) yang diundur ini akan saya mulai dengan komunitas independen (sebut
saja ‘Underground’) walau sebenarnya underground tidak selalu identik dengan musik
‘metal’ bersuara parau atau gerowok seperti masyarakat awam pahami. Namun,
metal dan segala variannya disini sangat diminati. Lalu, selain metal (thrash
metal, death metal, black metal), skena musik pop-punk/powerpop/emo juga tidak
kalah ramainya. terlihat dari banyaknya fanbase band punk lokal SUPERMAN IS
DEAD (Outsiders chapter Cilacap) serta fanbase ENDANK SOEKAMTI (Kamtis chapter Cilacap).
Jika ada suatu event/gigs masih tetap didominasi oleh “massa hitam” dengan khas
t-shirt band-band death/black metal lokal maupun luar negeri, tipikal font tajam-tajam,
berduri, perpaduan darah-darah dan sebagainya, dipadati orang-orang dari umur
15 hingga 37 tahun. Uniknya, apapun musik dari band yang main tetap tarian ala
beatdown seperti 2-step, karate/kungfu kick hingga perpaduan gaya breakdance
dan capoeira menghiasi area panggung. Headbang maupun hairbang masih terlihat,
terutama buat mereka yang sudah menyukai metal lebih dari 10 tahunan. Circle pit disini hingga kota-kota lain
di dekat sini juga unik menurut saya, karena jika si pemain band di panggung
minta circle-pit pasti massa membuat
lingkaran dan tangannya saling berpegangan satu sama lain lalu berputar-putar
sambil tetap bergandengan. Tidak seperti circle-pit biasanya yang cuma dengan
tangan diayun, berputar mengelilingi area depan stage dan cuma layaknya lari-lari
biasa dengan santai hingga penuh semangat.
Kita
mulai dengan band-band metal di Cilacap. DEMOCRAZY adalah unit death metal asli Cilacap yang berdiri di tahun 97 yang
sebelumnya berdiri di Malang, Jawa Timur oleh Aris Brotha sekaligus original member
band ini. DEMOCRAZY di Indonesia tercatat ada 2 band lagi yang menggunakan nama
tersebut, yaitu band oldschool youthcrew hardcore asal Jakarta periode 2000an
awal dan satu lagi band metal dari Cirebon, namun band-band tersebut tidak
aktif lagi kabarnya. Kembali ke DEMOCRAZY asal Cilacap, ketika itu Aris sedang
kuliah di kota Malang mendirikan band death metal, dan sempat diperkuat oleh
Sandy (RITUAL ORCHESTRA), black metal lawas asal Malang. Setelah kembali ke
Cilacap, Aris segera meneruskannya di bawah bendera extreme metal Cilacap. Cek
lagu-lagu mereka di reverbnation. Sangat direkomendasikan buat pecinta
Cryptopsy, Necrophagist, Dying Fetus atau lokalnya Forgotten. Yang unik dan
mengesankan adalah, lead guitar mereka juga aktif di grup orkes melayu atau musisi
dangdut yang jam terbangnya sudah tinggi melintasi nusantara walau basic bermusiknya adalah classic & heavy metal. Lalu, ada MIYANGGA
(istilah penyebutan setan yang tinggal di sungai). Band ini juga sudah lebih
dari 10 tahun eksis. Kolektif metalhead disini sebenarnya sudah mulai eksis
dari sekitar pertengahan 90an, dengan bendera EXTREME COMMUNITY yang beberapa
dari mereka masih hadir di beberapa event musik atau masih bermain di bandnya. NOCTURNAL ORGASM, BEDAH OTAK, BLOODY TERROR merupakan pasukan brutal death metal yang kerapkali terpampang pada pamflet-pamflet acara metalfest di sekitar Cilacap dan Banyumas akhir-akhir ini. Black
metal juga tak kalah penting disini, sebagian besar masih terpengaruh budaya oriental
& mistik Jawa, dan banyak juga yang memadukan symphony gothic metal. Tak lepas dari suksesnya SANTET yang legendaris dari kota tetangga,
Purwokerto ikut mempengaruhi skena black metal di sekitar Cilacap. Di Cilacap ada LUCIFER, MANUNGGAL, GRIEVIOUS, ATHEISM,
LACKNAT, dan sebagainya.
Me with DEMOCRAZY, Cilacap Butal death metal unit |
Band-band Grindcore disini, style musik mereka lebih banyak memadukan unsur metal daripada yang oldschool grindcore yang sangat berbau hardcore punk. Ada LEPAS KENDALI, TERIAX, dan DEPRESHIT yang masih memadukan unsur crust punk dan BLACK DEVIL MAGNETIC yang memadukan elemen electronica dengan grindcore. Selain itu, jenis genre yang cukup banyak digemari remaja, yaitu modern post-hardcore dan modern pop-punk juga ramai disini. Terlihat dari tipikal nama-nama yang dipakai buat band. Ada LAST BETTER KISS, DESTROY THE PLEASURE, CANDLE LIGHT DINNER, dan sebagainya. Untuk scene di luar extreme metal dan hardcore punk, di Cilacap dan sekitarnya saya belum pernah mendengar band atau scene stoner, sludge, doom, industrial, apalagi indie/twee-pop. Sumpah, kadang kangen juga saya pengen menikmati indie-pop dengan nuansa baru dan berbeda, atau munculnya bibit-bibit baru atau genre-genre lainnya yang di luar musik extreme metal dan semua yang saya tulis diatas. Saya berharap berapa bulan atau berapa tahun ke depan skena musik lokal independen di Cilacap sudah tambah maju dan tambah beragam lagi, saya yakin dengan potensi mereka, ditambah banyak band disini yang peduli dengan soundsystem dan ketika main di panggung sudah menyiapkan soundman atau punya crew-crew yang mumpuni.
Ravi (STANDING HIGH), Fredy (SAJAM-Ajibarang), Hery (DEMOCRAZY), Faris (LEPAS KENDALI/DEPRESHIT) |
DEMOCRAZY Live in Jatilawang, Kab. Banyumas |
Sebenarnya, 3-4 bulan pertama saya tinggal disini rutin disuguhi alunan musik dangdut setiap kali berada di mobil jemputan kantor pagi maupun sore hari dimana sebelumnya saya belum belum terbiasa dan kaget dengan kondisi ini, hehee.. Sebagai kota Pesisir dan kota industri dimana terdapat kilang minyak terbesar di Indonesia dan pabrik semen Holcim yang sangat luas, acara hajatan seperti khitanan hingga acara resmi kantoran (apapun acaranya) tetap disuguhi berbagai musik dangdut, dari organ tunggal, dangdut campur sari hingga orkes melayu (salah satu hiburan masyarakat terpenting disini). Akhirnya setelah berkomunikasi di media sosial, saya berkenalan dengan salah seorang gitaris grindcore serta crew dari DEMOCRAZY bernama Faris dan akhirnya dia mengajak saya mengunjungi tempat dia bekerja di sebuah distro (bukan clothing) dan merchandise musik bernama DEMO Distro, dimana pemilik outfit ini adalah Aris, vokalis dari DEMOCRAZY. Dan setelah itu saya jadi punya banyak kenalan dengan orang-orang yang aktif di scene Cilacap, dari kalangan extreme metal hingga hardcore punk. Dan saya jadi bisa mendengarkan hingar bingar musik cadas lagi setelah tadinya hampir rutin 'dangdutan' terus dan menambah referensi lagu-lagu maupun lirik-liriknya. Jujur, itu menjenuhkan buat saya pribadi.
Curug Cipendok crew (Kab. Banyumas, Jawa Tengah) |
STANDING HIGH Live in Curug Cipendok |
Cosmic Vortex (Jakarta) live in Jatilawang, Kab. Banyumas |
LEPAS KENDALI |
Sumber rujukan :
http://kesugihan666.heck.in/
www.reverbnation.com/standinghighhc
http://www.reverbnation.com/democrazy4
gumilit.blogspot.com
distrain.blogspot.com
http://cilacapbeud.blogspot.com/
New Slot Machine to Play at JT Casino - Jtmhub
BalasHapusNew 광양 출장마사지 Slot Machine to Play at 포항 출장샵 JT Casino · Get 광주 출장안마 the 삼척 출장샵 most out of slots at JT · Get the 김포 출장마사지 best online gaming experience at JT Casino!