Entah resensi, retrospeksi tahunan, kaleidoskop atau apa namanya, 2015
sudah berjalan setengah bulan lebih. Namun, ada yang tak bisa terlupakan dalam
hal playlist atau karya album dengan kesan tersendiri yang mungkin tidak ada
salahnya saya tuliskan. Beberapa rilisan album dibawah adalah rilisan yang
sangat berkesan di 2014 dan saya tunggu kelanjutannya di 2015 ini apakah mereka
akan mengeluarkan karyanya, entah single, e.p atau mungkin full length, atau
mungkin aksi panggung mereka di depan mata telanjang saya. saya tunggu dan harapkan mereka di 2015 ini.
Martyrdöd – Elddop, 2014
Setelah bergabung dengan Southern Lord Record
pada 2012 silam di album Paranoia, band d-beat crust metal Swedia ini makin dewasa. 'Dewasa'
kadang membuat kecewa penggemar setianya karena berubah menjadi lebih ‘mapan’
atau kadang menjadi lebih ‘profesional’ dalam sound maupun penyajian-penyajian
lainnya, sehingga malah cepat membosankan dibandingkan dengan sound yang tidak dipoles, apa adanya. Kecenderungan raw sound itu
biasanya punya sensasi tersendiri dalam pancaran suara yang lebih kasar dan brutal. Tetapi Martyrdöd tidak
seperti itu, di album penuh ke 5 ini berkembang menjadi lebih megah dan tidak hanya sekedar menjadi
neo-crust yang terdengar seragam dengan band-band se-tipe. Neo-crust memang
sempat ‘booming’ karena keberhasilan band seperti Tragedy hingga End Of All
meramu nada-nada harmonis, kesan gelap dan genderang perang dipacu bersama.
Tetapi, Martyrdod kali ini lebih dari itu, karena aransemennya sungguh kaya
unsur-unsur berbagai genre dan eksplorasi maksimum pada nada yang harmonis, termasuk
unsur band-band keluaran Southern Lord yang banyak diantaranya bernuansa doomy dan down-tempo membuat
atmosfernya terdengar tambah suram, seperti bukan Martyrdod sebelumnya, walau
tetap ada agresifitas discharge-beatnya. Melodius dan gelapnya seperti apa yang
pernah dihasilkan oleh Dissection. Gitaris mereka, Mikael kjellman juga bermain di Skitsystem, veteran crust punk yang musiknya lebih menuju ke oldschool death metal. Ya, perpaduan black dan death metal merasuki
ruh para 'syuhada perang' di Martyrdod dengan garapan yang lebih matang tanpa menghilangkan sisi crust punk
dan d-beat yang mendasari mereka.
DIRTY EDGE – Reuniting The Families, 2014
Band ini tanpa didasari membuat saya terus
mengulang track-track mereka. Band sepuh ini sudah 20 tahun berdiri di Jakarta,
dan sempat vakum lama. Tapi, full length kedua ini menyajikan kejutan dengan
sound yang lebih heavy dan nendang perut, bukan nendang pantat lagi. Lirik
berbahasa Indonesia semua dan terdengar keren, jelas artikulasinya,
berkarakter, agresifitasnya masih seperti ketika saya melihat pertama kali
sekitar tahun 97-98 walau mungkin beat-nya sudah cenderung middle-tempo, dan
malah diperkaya dengan eksplorasi kocokan gitar yang nge-groove, funk, gaya
vokal hip-hop dan ketukan thrash metal. Pengaruh band hardcore dengan karakter
vokal 'galak' ala Ryker’s dan Brightside masih tetap terasa prima setelah saya
lama tidak melihat dan mendengarkan mereka lebih dari 10 tahun. Cover-nya terasa
seperti bentuk lain dari Agnostic Front & Warzone. Kalau boleh saya
deskripsikan adalah, anggap saja band-band NYHC yang diketuai Roger Miret
didampingi Lou Koller sedang meneriakan aspirasinya di jalan sambil masing-masing beradu 'pantun' (baca : battle) dengan Kid D (Ryker's) dan pasukan band Germany
HC lainnya dengan membawa gang vokal para skinhead yang siap meneriakan yel-yel protes di halaman gedung putih.
VAGUE - Footsteps, 2014
Wajar memang kalau
album ini mendapatkan banyak pujian dan minim kritik. Eksplorasinya berhasil
menyita banyak perhatian pendengar hingga jurnalis musik. Terus terang, saya
pernah menjadi bagian dari band ini dan merasakan susah senangnya hingga
mengeluarkan demo live & E.P di 2012. memulainya dari nol dengan mencoba jamming bermain musik-musik punk 80an, mencoba garage punk, lalu memasukan unsur band-band DC Hardcore era revolusi musim panas (Dischord style), ditambah balutan indie-rock, space-rock, math-rock, post-rock hingga shoegaze-rock. Alhasil, jadilah sebuah karya bertajuk Footsteps. Ya, bangga pernah berada di band ini
walau akhirnya saya harus mengundurkan diri karena harus memilih pekerjaan yang
waktu itu mengharuskan saya berpindah lokasi yang sangat jauh di seberang dan alasan
personal lainnya. Sekarangpun saya tetap masih stay di luar kota, tapi tidak
sejauh ketika saya memutuskan berhenti dari band ini. Beberapa track di album
ini juga 50% saya masih familiar dan malah menjadi nostalgia sendiri, walau
beberapa lagu dirubah part ataupun bassline-nya. Yang menjadi kesan tersendiri
adalah lagu ‘A Giant Blur’ yang aransemennya 97% masih sama ketika saya mainkan
dulu dan menjadi favorit saya ketika dibawakan di panggung. Intinya, eksplorasi
disertai eksperimentasi mereka memang pol, terlebih aransemennya makin dewasa.
Dewasa yang bijak, tidak seperti di era saya yang cenderung masih ingin lebih
straight forward dan agresifitas beat yang cepat (baca : nge-punk). Walau saya
sebenarnya berharap ada lagu yang masih tetap bertempo yang cepat di album ini
agar lebih dinamis dan bercerita tersendiri dengan dinamika aransemen maupun
tempo tersebut, namun sepertinya mereka sudah berpikir lebih maju kedepan
daripada saya dengan apa yang mereka aransemen, meramunya dan menghasilkan
album yang berkarakter ini, ditambah kemasan yang menawan, hehee.
CHROME DIVISION – Infernal Rock Eternal, 2014
Black metal all-star goes to be bikers. Album
penuh ke 4 ini menjadi teman setia dalam berkendara motor jika kamu pulang kampung menggunakan motor. tidak pengaruh jenis motormu, mau motor bebek atau motor 4 tak, asal bukan sepeda listrik :) Mereka memang mempunyai agenda mengembangkan subkultur motorcycling di skena heavy metal, bergaya hidup rock n' roll
yang liar dan ‘macho’ kalau kata jurnalis musik kondang. Haha.. Ya, penampilan
mereka bila dideskripsikan ya seperti itu, cieilah 'machow'. Shagrath dari Dimmu Borgir bermain
gitar disini, sementara vokal saat ini diisi oleh Athera (Susperia), serta
beberapa nama black metal lainnya seperti Old Man’s Child, Carpe Tenebrum dan Ragnarok.
Sangat fun lagu-lagunya, pengaruh Motorhead, AC/DC, hingga Turbonegro menjadi bahan bakar utama dengan komposisi oktan tingginya dalam melaju mengarungi provinsi dalam konvoi di sepanjang 2014 kemarin. Bagaimana ya nyebut mereka dengan seenak udel saya? This is New wave Of
Black-motor n’ roll-alternative metal!
HELL ON FIRE – Rock N’ Roll From Hell, 2014
Balutan imej motorbikers, Pecinta Motorhead
dan Punk attitude memang cukup berkembang di 2014. Ya, motorcharged (Motorhead
& Discharge-beat) seakan makin merasuki tubuh-tubuh skena hardcore punk di
seluruh dunia. Saya sendiri sebenarnya kurang mengikuti lagu-lagu Motorhead, hanya sebagian
saja yang saya tahu. Dan saya tidak mau banyak komentar, walau rilisan mereka saya sering putar. Saya juga sudah melihat live mereka di Purwokerto ketika mereka tur Jawa Tengah.
Kesan baru buat para pendengar baru Motorhead seperti saya.