Selasa, 29 November 2016

Newbornfire's 5 Lifetime Guitar Hero

I've got electric guitars
I play my stupid song
I write this stupid words
and i love everyone

Gitar merupakan salah satu instrumen yang saya sedikit kuasai dan sudah saya pelajari sejak masih duduk di bangku SMP, disamping saya juga memegang/memainkan bass sejak 2009 - 2013. Gitar, baik akustik maupun elektrik juga terinspirasi dan menjadi sebuah spirit saya untuk terus memainkannya, tentunya berkat jasa 'pahlawan' gitar saya. Para pahlawan tersebut bukan yang dikategorikan gitaris berkecepatan tinggi atau yang atraksinya akrobatik. Guitar Hero bagi saya adalah bukan kategori cepat dan akrobatis itu, melainkan yang sepintas sederhana namun bermakna, dan yang membuat saya jadi ingin bisa memainkan apa yang dia mainkan dan terus memainkannya. Se-simpel itu sebenarnya. Beberapa diantaranya adalah :

1. Kirk Hammett (Metallica)

 

Siapa yang tidak kenal Kirk Hammett? Sudah tidak perlu dijelaskan siapa dia. Hampir semua orang di segala lapisan masyarakat kenal Metallica. Juga, 99% penggemar musik rock dan heavy metal mengenal Kirk Hammett. Bagi saya, Kirk Hammett berjasa memberi warna heavy metal menjadi terdengar bluesy, classic dan harmonis. Lagu-lagu instrumen Metallica dengan sentuhan melodius Kirk Hammett terasa elegan selalu, namun sayangnya hanya klimaks pada album And Justice For All, walau beberapa di Black Album saya nikmati juga.

2. Esa Holopainen (Amorphis) 


Esa Holopainen dari Amorphis, Finlandia merupakan sosok yang menciptakan nada-nada harmoni pada unit heavy metal, dengan fundamental yang berunsur death metal, juga pada awal-awal albumnya memainkan Death-doom metal dan akhir-akhir ini menjadi progressive metal. Nada-nadanya berhasil memikat saya untuk mengulik lagu-nya ketika saya pertama kali tampil di IKJ memainkan death metal di usia belia (remaja). Nada-nada simple-nya mudah diingat, dan karakternya dapat di deteksi oleh pendengar awam. Tetapi nada-nada simple-nya bukan berarti dia tidak bisa bermain cepat pada aksi solo-nya. Bahkan solo gitarnya sangat menawan ketika atraksinya di festival-festival besar seperti Wacken Open Air 2014 dan Maryland Deathfest 2014.
3. Brian Baker (Minor Threat, Dag Nasty, Bad Religion, dsb)


Brian Baker adalah sosok gitaris ramah dan bersahaja, tidak neko-neko. Sudah berbakat sejak dia masih remaja. Tumbuh dan besar dari komunitas hardcore punk, berawal dari Government Issue, lalu di Minor Threat yang sempat di posisi bass dan kembali menjadi gitaris. Lalu lanjut membuat melodic hardcore Dag Nasty, sempat nyasar memainkan glam-rock/hard rock ala Poison, yaitu Junkyard, Samhain bersama Glenn Danzig dan terakhir di Bad Religion hingga kini. Sangat diperhitungkan, dan tidak salah sebenarnya Axl Rose dari Guns N' Roses pernah mengajaknya bergabung, tetapi dengan rendah hati Brian menolaknya.

4. Matt Fox (Shai Hulud, Zombie Apocalypse)


Shai Hulud adalah band hardcore punk yang sangat melodius, bertempo ganjil dan progresif. Bukan dari atraksi atau kelincahan tangannya. tapi ide, permainan tempo dan hitungan-hitungannya yang menawan dan bernilai. Jadi ide dari Matt Fox, sang konseptor Shai Hulud maupun proyekan lainnya Zombie Apocalypse memnginspirasi saya untuk bisa membuat lagu yang tidak biasa atau tidak standar dalam sebuah band hardcore punk.

5. Joost Noyelle a.k.a Josh Fury (Congress, Kingpin, dsb)


Josh Fury merupakan tokoh penting pada skena/komunitas hardcore punk di Belgia, H8000 Crew. Memulai bandnya dengan Congress di awal 90an dan Wheel On Progress bersama Hans Verbeke yang kemudian berganti nama menjadi LIAR. Karena saya pada dasarnya lebih mengenal heavy metal dahulu dan segala variannya sebelum terjun ke skena hardcore punk, maka ketika sebuah komposisi musik hardcore dikombinasikan dengan metal sangatlah menarik perhatian saya. terlebih musik hardcore metal-nya Congress masih dengan riff-riff speed/thrash metal murni, tidak cheesy seperti di era hardcore metal Milenium, tidak mengurangi kegaharan komposisi metalnya dan tetap bertensi tinggi pada setiap hentakan drum-nya maupun karakter keseluruhan musik. Begitupun riff-riff yang diciptakan Josh Fury sangat khas di H8000 scene.


Minggu, 16 Oktober 2016

NEWBORNFIRE WEEKLY PLAYLIST

Oleh: AxBxSuteja

Beberapa tahun yang lalu saya sempat putar beberapa lagu di kantor saat lembur hari Sabtu dengan speaker portable membawa sendiri dari rumah dan dengan volume masih agak pelan, bukan kategori musik keras atau hingar bingar juga. Cukup nge-pop kok walau memang underrated atau non-mainstream. Lalu teman saya nyeletuk, "lagu-lagu lo enak juga, tapi kok gak ada yang terkenal ya??" hahahahaa... ini lucu. 

Dari pengalaman tersebut, saya menganalisa dan sedikit menyimpulkan kalau ternyata masyarakat di Indonesia secara umum memang lebih memilih apa yang 'umum', 'instan', terkenal di pasaran dan tidak mau secara inisiatif memilih secara bebas dengan hati dan rasa jika ingin menikmati musik. Masih menunggu jalur pasar dan juga masih menggeneralisir kalau pemain musik keras jarang atau tidak suka musik lain yang lebih lembut atau nge-pop. Generalisasi seperti ini memang menyesatkan, apalagi jadi kontra-edukatif disamping penyedia atau transformator musik di Indonesia memang kurang mengedukasi pendengarnya, bahkan penyiar radio-pun sering hanya bacot atau memandu curhat sambil memutar song/playlist di radionya tanpa menjelaskan siapa yang menyanyikan, atau dari album apa diambil. Apalagi membahas genre dan segala macam relasi musik dan dokumentasi rilisannya? Sangat langka dan jauh dari esensi memperkenalkan karya musisinya. Jadi jangan heran juga kalau pembajakan terus berlangsung atau orang-orang ogah beli rilisan fisik, hanya mau mengunduh e-file lagu/album nya dari internet. Karena memang kesadaran si pemandu lagu kurang mengedukasi dan malas berbagi informasi tentang apa yang dia putar/setel kepada pendengarnya yang notabene referensinya dari jalur utama/pasar.

Sejujurnya, saya memang mempunyai band dan kategori musiknya selalu cadas. Dari punk hingga grindcore dan death metal. Sebenarnya jamming atau menghibur acara tertentu, saya juga suka terlibat dalam band yang memainkan pop hingga sedikit nge-jazz. Inspirasi itu luas, Referensi itu datang dari mana saja. Main metal ilham datang bisa dari mendengarkan Mozart, Celine Dion atau bahkan Sarah Brightman. Main Punk bisa terinspirasi dari The Smiths atau Morrisey. Saya-pun sehari-hari ketika bekerja atau mau tidur, butuh inspirasi musik yang tenang selain kadang diselingi musik hardcore punk. Ya, berikut ini saya ingin berbagi playlist yang seminggu ini sering saya putar dan sangat menginspiurasi juga di kehidupan sehari-hari saya. Playlist juga bagian dari apa yang saya rasakan dan ingin saya resapi apa yang saya dengar. Realistis saja bukan? Beberapa diantaranya juga saya upload di akun Path saya :)

1.  IVY - I don't know why i love you
(Album : Guestroom, 2002)
Indie-pop atau dream-pop ini memang benar menemani saya waktu kebagian lembur malam atau piket sewaktu saya hanya sendirian, Sabtu malam kemarin. Daripada lembur membayangkan yang aneh-aneh atau streaming film dewasa, lebih baik mendengarkan ini ditemani kopi dan biskuit cokelat. IVY sudah saya kenal sejak dirilis oleh FFWD Records asal Bandung yang juga merilis CLUB 8 dan MOCCA. Dan inilah judul yang cocok di hati 'Saya tidak tahu kenapa saya cinta pada apa yang saya jalani'. itu saja.


2. IMOGEN HEAP - First Train Home
(Album : Eclipse, 2009)
Seminggu atau 2 minggu sekali ketemu dengan keluarga (anak-anak dan istri) di luar kota memang menjadi romansa perjalanan rutin saya hingga saat ini. Cukup relevan dan 'dalem' maknanya. Apalagi ketika pagi buta setelah adzan Subuh, kereta datang untuk kembali pulang ke Jakarta tempat mencari nafkah dan bertempur dengan banyak penjilat di ibukota. Jam 5 pagi klakson lokomotif menyala, peluit petugas stasiun kereta api ditiup panjang dan roda kereta api mulai berputar menuju kota tujuan dan berpisah sejenak dengan orang-orang yang saya sayangi. Kereta pertama untuk pulang telah membawa saya masih bisa bernafas dan memenuhi 'kewajiban-kewajiban' saya. Dan beruntunglah saya pernah melihat live-nya Imogen Heap di Jakarta tahun 2009 lalu.


3. (BLACK) FLAG - Jealous Again
(Album : Jealous Again, 1980)
Cukup klise kah iri/cemburu itu? Setiap insan dikurniakan dengan perasaan cemburu. Sekiranya ada di kalangan kita yang tidak pernah berasa cemburu, itu adalah sesuatu yang abnormal. Bukan apa, perasaan cemburu ini semestinya wujud di dalam diri kita tidak beda, ada lelaki maupun wanita karena perasaan itu adalah fitrah manusia. Walaupun sedikit, perasaan itu pasti akan terbit dari lubuk hati kita yang bergelar insan. Tetapi, cemburu buta akan membunuh kita sendiri. Cemburu juga bisa menjadi jalan iblis untuk melakukan hal-hal konyol dan bodoh. Setidaknya, cemburulah yang positif untuk memacu kita melakukan yang lebih baik atau bahkan berbeda dan mempunyai terobosan baru yang konstruktif. Apalagi dengan komposisi klasik Hardcore/Punk rock seperti ini. Up the punk and still rebel, don't jealous again!




4. THE ROCKING HORSE WINNER - Sleep Well
(Album : The state of feeling concentrate, 2003)
Ya, lagu ini memang benar membuat saya tertidur pulas dan nikmat. Suara Jolie Lindholm yang dulu pernah menjadi Backing vocal DASHBOARD CONFESSIONAL tetap menjadi favorit saya sampai saat ini. Suaranya natural, angelic dan jujur. TRHW merupakan band yang berumur pendek tapi sangat esensial bagi saya, disamping diperkuat oleh anak-anak hardcore Florida dari AS FRIEND RUST yaitu Henry Olmino & Matt Crum, SHAI HULUD (Oliver Chapoy) dan POISON THE WELL (Jeronimo Gomez). TRHW memang menjadi alternatif inspirasi, bahkan beberapa lagunya seperti bayangan maya dari CHERRY BOMBSHELL-nya Indonesia. 


5. KELAKAR - Sistra
(Album : Mari Kita Mulai, 2015)
Sulit dimengertikah lagu ini? Tidak juga ah. Ini adalah komposisi hebat, Musiknya di luar pakem dan berlawanan dengan pasar/industri musik Indonesia. ya cukup rumit memang, avantgarda/vanguard, experimental metal, thrash dan kadang menggerinda, cerdas dan tangkas. Rumus menikmati lagu ini, harus suka Matematika, karya lukisan abstrak dan surealis serta olahraga ekstrim. Cukup bangga bisa berteman dengan mereka dan pernah main bareng di acara yang saya organisir.

6. JINGGA - Tentang Aku
(Album : Tentang Aku, 1996)
Jingga adalah proyek duo antara Fe dan Therry. Mengusung genre pop minimalis, dengan vokal penyanyinya yang juga minimalis (suara penyanyinya tipis tapi memang unik). 'Tentang Kita' adalah satu satunya album yang pernah dikeluarkan Jingga, dan cukup diterima publik. Saya-pun menikmatinya setelah berkisar 20 tahun tidak mendengarnya, seketika ada di youtube dan di aransemen ulang oleh Andien saya langsung memutar terus lagu ini hingga tertidur.
 

7.  THE CORRS - Buachaill On Eirne
(Album : Home, 2006)
The Corrs memang pada masanya selalu melahirkan hits. Tidak hanya 1 atau 2 lagu yang hits di setiap albumnya, tetapi bisa hampir satu album jadi hits. Easy listening, tidak mencolok atau dominan di vokal, tapi perpaduannya indah dan menawan dibalut elemen tradisional Irlandia (Celtic music). Instrumennya selalu membuat saya seperti di 'terapi audio' jika saya putar beberapa kali. Album mereka di 2016, White Light memang sejujurnya belum membuat saya jatuh cinta. Beberapa lagu seperti  'I do what i like' dan 'Bring On The Night' memang sudah cukup catchy di telinga. tapi feel-nya belum se-'dalem' album-album sebelumnya. Album-album mereka sebelumnya selalu disambut hangat Tangga lagu Internasional. Namun album ini mungkin masih sekedar menjadi tangga lagu penngemar setianya. dan Buachaill On Eirne yang berbahasa Irlandia sangat menyentuh saya, dari instrumen musik hingga terjemahan liriknya memang 'jero ka hate'.

Reportase Gig : Micro showcase vol.1 - Stand As One, 2 Oktober 2016

Oleh : A.B.Suteja

Introduksi
SKIT COLLECTIVE merupakan sebuah kolektif baru dari sudut perbatasan selatan maupun timur kota Jakarta, yang di dalamnya melingkupi unit pengorganisiran sebuah gig ataupun event lainnya dengan konsep pertunjukan mikro dan independen. Tidak menutup kemungkinan juga menjadi DIY record label di kemudian hari. Genre musik tidak dibatasi, namun didasari dari skena hardcore punk, juga thrash metal maupun death metal yang mempunyai kecocokan ataupun kesamaan ide dan misi membuat sesuatu yang bermanfaat bagi skena lokal, bahkan kami juga membuka kerjasama serta membutuhkan genre lain seperti dari skena indie-rock, indie/twee-pop, post-rock, shoegaze, noise rock hingga musik-musik unik dan eklektik lainnya. Kami juga selalu ingin belajar bersama dalam mengerjakan sesuatu untuk kepentingan orang banyak dalam hal pendokumentasian karya independen. Mahluk-mahluk dibelakangnya sebenarnya juga sudah lama pernah berkecimpung di skena musik hardcore punk Jakarta. Beberapa diantaranya sudah memulai dari akhir tahun 90an. Tongkrongan atau skena ini dulu sempat diberi nama BANGKIT Crew. Namun seiring dengan pasang surutnya kesibukan duniawi, dari mengurus keluarga, pekerjaan hingga gejolak vertikal-horizontal lainnya, maka 'tongkrongan' atau skena ini sempat istirahat di tempat dan 'bubar jalan'. Namun ketika ada silaturahmi atau reuni pertemuan kembali setongkrongan di waktu pasca-lebaran/halal bi halal 2016 ini, dengan beberapa ide, usul untuk tidak sekedar nongkrong bercanda gurau tidak jelas serta wacana akan kebutuhan ruang untuk bisa menuangkan ide/karya dalam wadah musik, artwork, dan sebagainya, akhirnya terbentuklah kolektif ini dengan motif ingin menjadi alternatif bagi skena independen lokal. Ya, Skit collective tidak mempunyai makna khusus, artinya adalah Gurauan atau lelucon dalam bahasa Inggris. Tetapi dalam bahasa Swedia adalah Kotoran/Tai, sedangkan jika dipanjangkan bisa juga merupakan Sekelompok Insan Tebet dimana base camp kami ada di Kebon Baru, Tebet, walaupun dari kami ada yang tinggal di Depok hingga Bojonggede Kabupaten Bogor.

MICRO SHOWCASE VOL. 1 - STAND AS ONE
Venue: Xabi space, Jl. Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan
Waktu : 17.00 sampai 22.30 WIB
Menampilkan :
- KELAKAR (Avantgarde/experimental crossover) check this out : https://www.reverbnation.com/kelakar_band
- INITIAL DISTRUST https://www.facebook.com/initiaLDistrust-641744255861740/
- TARRKAM https://tarrkam.bandcamp.com/
- TOTAL JERKS https://totaljerks80.bandcamp.com/releases
- GETAH BENING https://www.facebook.com/getahbeningthrash
- LOST CONTROL (Hey punks!, Wake Up Now or never)
- OBSESIF KOMPULSIF https://www.facebook.com/obsesifkompulsifpv/
- WARTRAX https://www.reverbnation.com/wartrax
- VHARALONE https://www.facebook.com/Vharalone-291475404305722/?hc_ref=SEARCH&fref=nf
- COWBOY COMBAT (Duo Thailand/Indonesian instrumental groove metal)


Acara pada rundown awalnya adalah jam 3 sore. Tetapi panitia membuat skenario alternatif 2 dengan rundown kedua dimulai dari jam 5 hingga jam 10 malam mengantisipasi penampil ataupun pengunjung yang datang telat atau ngaret. dengan dipakainya rundown alternatif 2 akhirnya acara berjalan lancar dan kondusif, on time sesuai harapan.

Rundown
• 17.00 - 17.20 ;
                 > Cowboy Combat
• 17.30 - 17.50 ;
                 > Wartrax
• Break Mahgrib..................
• 18.30 - 18.50 ;
                 > Obsesif Kompulsif
• 19.00 - 19.20 ;
                 > Kelakar
• 19.30 - 19.50 ;
                 > Vharalone
• 20.00 - 20.20 ;
                 > Tarrkam
• 20.30 - 20.50 ;
                 > Getah Bening
• 21.00 - 21.20 ;
                 > Total Jerks
• 21.30 - 21.50 ;
                 > Initial Distrust
• 22.00 - 22.20 ;
                 > Lost Control


Penampilan pertama dibuka oleh COWBOY COMBAT. Mereka adalah duo modern thrash/groove metal dari Thailand (pada gitar) dan dari Indonesia (pada drum) dengan komposisi instrumental serta sentuhan progressive metal. 30 menit beraksi dan berhasil memanaskan seisi ruang Xabi space ini.


COWBOY COMBAT

Band kedua adalah WARTRAX. Mereka memainkan oldschool heavy/thrash metal ala Metallica era Kill 'Em All dan sedikit pengaruh Anthrax. Cukup menambah gairah lagi kali ini. Banyak pengunjung atau penonton juga tertarik dengan band ini disamping permainannya yang rapih, juga penampilannya yang sangat KVLT. Penampilan basisnya sangat seperti Cliff Burton (Metallica) dan vokalis mereka juga tak kalah menarik dengan menggunakan bullet belt.

 WARTRAX

Band selanjutnya adalah OBSESIF KOMPULSIF setelah break sejenak 30 menit untuk waktu Magrib. Memainkan 11 lagu berdurasi cepat dan tempo cepat, nge-thrash, nge-grind dan powerviolence, termasuk intro dan cover song 'Hardcore Fun' dari band thrash/fast hardcore dari Singapore, SECRET 7.

 OBSESIF KOMPULSIF

Band selanjutnya tepat jam 7 malam adalah KELAKAR. Sebuah unit experimental crossover/avantgarde- metal dengan sentuhan jazz, classsic, grindcore dan thrash metal. Mereka banyak menyita perhatian mahluk-mahluk yang ada di Xabi space malam ini, dan pantaslah disebut high-light acara ini. Mengubah kegilaan menjadi keceriaan dalam sebuah komposisi yang padat dan bertenaga. Mereka tergabung juga dalam IPS (Indonesian Progressive Society) namun mereka paling berbeda dan eksplorasi mereka benar-benar gila, serta roots mereka dari thrash metal dan hardcore punk. Ada 1 lagu yang menggunakan bahasa tradisional batak dicampur eksperimentasi blast-beat dan harmoni suara sang vokalis Didi Priyadi serta sang komposer/pianis Reynold. Bila belum 'ngeh' dengan musik mereka, coba dengarkan proyekan-proyekannya Mike Patton (Faith No More) seperti Fantomas, Mr. Bungle, Tomahawk, juga Naked City dan di Jogja ada Leftyfish.

 KELAKAR

Selanjutnya adalah VHARALONE. Band thrash metal dengan nuansa Megadeth dan Metallica era Black album, perpaduan suara melengking dan sedikit kombinasi alternative-metal. Permainan mereka juga rapih, dan saya rasa mereka mempunyai skill yang mumpuni, diperlukan juga formula untuk menguatkan karakter mereka.


VHARALONE

Lalu disusul TARRKAM di jam 8 malam. Tarrkam sendiri merupakan band punk unik yang tidak tipikal di skena hardcore punk lokal. Memadukan 80's punk dengan sentuhan surf, jazz hingga thrash metal. Dead Kennedys serta Bad Brains menjadi hal yang fundamental jika mau meresapi musik Tarrkam. Mereka juga berhasil memanaskan suasana kembali dengan komposisi punk yang eklektik, juga lirik-lirik berbahasa Indonesia yang unik.


TARRKAM

Berikutnya masih dipanaskan lagi oleh GETAH BENING. memainkan thrash metal klasik juga dipadu dengan heavy metal, dengan vokal sedikit bernuansa PANTERA, ANTHRAX dan ROXX. Gitaris mereka kidal dan sangat peduli sound. Ada sedikit gangguan pada soundsystem, saat ampli feedback tak terarah dari microphone untuk dram. Lalu akhirnya berhasil dinetralkan kembali gangguan suara tersebut. Mereka juga sempat berkolaborasi dengan TARRKAM di akhir-akhir setlist mereka.

 GETAH BENING

Selanjutnya adalah INITIAL DISTRUST. Sebenarnya setelah Getah Bening adalah TOTAL JERKS. Namun karena mereka berhalangan untuk main, walau beberapa dari mereka sudah datang, akhirnya Total Jerks membatalkan penampilannya dan langsung dilanjut oleh INITIAL DISTRUST. Band ini merupakan band yang sudah berdiri dari akhir 90an dan sempat vakum lama walau beberapa saat sempat muncul dan merekam materinya. Mereka juga pernah berpartisipasi pada Kompilasi esensial milik Movement Record di tahun 2000-an awal, V/A Still One Still Proud #3. Mereka awalnya memainkan crust/grind, juga grind-punk. tetapi beberapa materinya juga dipengaruhi komposisi death metal. Di acara ini mereka adalah panggung kedua kalinya setelah sempat vakum beberapa tahun.


INITIAL DISTRUST

Dan penampilan terakhir ditutup dengan LOST CONTROL. Band ini sebenarnya paling lama berdirinya, sejak era MARJINAL namanya masih ANTI-MILITARY. Lost Control memainkan Oi!/street-punk dengan sedikit nuansa Japan-hardcore. Formasi baru dengan original member pada vokal, Papa Gindo yang sudah nge-punk sejak saya SMP atau bahkan SD sepertinya. Pada drum dan bass diisi oleh anak-anak Initial Distrust. Gitaris mereka juga merupakan inisiator acara dan kolektif ini. Mereka menutup gig ini dengan tetap terkontrol, tidak lost control. Vokalis mereka sebenarnya cukup mabuk berat, tetapi ketika tampil justru konsentrasi dan terarah apa yang mau mereka sampaikan akhirnya terlaksana. Hey Punks, ayo bangun atau tidak pernah bangun sekalian !

 LOST CONTROL


Atas : Suasana balkon Xabi space
Tengah : Lapakan (merchandise bands)
Bawah :
#UnseenRemains
#obsesifkompulsif
#tarrkam
#initialdistrust
#lostcontrol
#getahbening


Rabu, 17 Agustus 2016

2016, titik balik serta retrospeksi satu hingga dua dekade ke belakang (Part 2 - tamat)

Sekarang sudah pertengahan tahun 2016. Bulan Agustus, dimana musim kemarau belum juga datang dan masih terus diguyur hujan. entah ada apa dengan gejolak alam ini? Perubahan iklim yang memburukkah? Ada hal yang memang terlihat nyata pada arah memburuknya perubahan iklim global kita.

Siklus 'hijrah' (meninggalkan aktivitas musik untuk mendalami 'agama') mungkin sudah berkurang di beberapa bulan ini. Dan bila ada berita baru tentang teman atau pegiat scene yang 'hijrah' saya sudah masa bodo amat lah sekarang. Mau mereka bilang, mereka lebih baik dan kita yang belum hijrah tidak baik ya silahkan, saya sudah malas untuk menanggapinya lagi. Yang pasti, Secara fitrah manusia menyenangi suara gemercik air yang turun ke bawah, kicau burung dan suara binatang-binatang di alam bebas, senandung suara yang merdu dan suara alam lainnya. Nyanyian dan musik merupakan bagian dari seni yang menimbulkan keindahan, terutama bagi pendengaran. Pada hukum nyanyian dan musik ada yang disepakati dan ada yang diperselisihkan. kalau memang anti musik, mereka juga harusnya konsisten kalau hp mereka tidak boleh pakai ringtone, jangan dengarkan radio & nonton tv dimana setiap berapa menit pasti ada unsur musiknya. ekspresi & perasaan itu khan tidak perlu buat mereka. Cipta, rasa & karsa itu khan tidak ada bagi mereka..hehee. Aneh memang jalan pikir mereka :)

Saat ini, saya kebetulan masih main band dengan salah satu band thrashcore generasi awal-lanjutan dari TASTE OF FLESH, RELATIONSHIT, SCREWFACE, GUDANGXGARAM, MORTAL COMBAT, ANJINGTANAH dan DOMESTIK DOKTRIN. Ya, sejujurnya saya baru bisa menikmati genre ini selain mendengarkan SPAZZ, CAPITALIST CASUALTIES dan DOMESTIK DOKTRIN yaitu setelah VITAMIN X (Netherland fast/thrash hardcore unit) main di Jakarta 2005 lalu. Sebelumnya memang saya terbiasa mendengarkan rilisan-rilisan band crustcore, crust/grind, crust-punk dan D-beat crust/dis-crust. DISRUPT dan EXTREME NOISE TERROR memang paling berjasa membuat saya menikmati musik-musik bising berdetak kencang dan menggerinda seperti ini. Setelah band saya yang CRUMS itu bubar jalan, saya memang masih rajin mendatangi gigs dimanapun. Hingga akhirnya di akhir 2009 Alfred dari OBSESIF KOMPULSIF mengajak bergabung, saya terima dengan senag hati disamping mereka juga membebaskan saya ikut mengaransemen lagu dan bisa bekerja sama dalam setiap usulan dan persetujuan mereka ketika latihan. Berdekatan dengan itu juga saya diajak latihan (jamming) iseng-iseng oleh Jan (RAINCOAT) dan Yudhis ketika bertemu nonton Hardcore gig di sebuah kafe di daerah Kemang, jakarta Selatan. Jadilah VAGUE dan mereka saat ini sudah tambah besar dan banyak berkarya, baik audio maupun visual dan terdokumentasi dengan baik. Sedangkan band saya yang saat ini masih jalani memang kurang apik dalam pendokumentasian, sehingga beberapa momen krusial yang harusnya bisa diarsipkan seperti video live di negara tetangga harus terlewat begitu saja.

Panggung terakhir saya di VAGUE, sampai akhirnya awal tahun 2013 saya mengundurkan diri

https://soundcloud.com/obsesif-kompulsif
Panggung ketiga saya main bersama OBSESIF KOMPULSIF, Bogor, 2010

Selasa, 16 Agustus 2016

Bandung Zine Fest 2016, sebuah perayaan karya pembuat zine, self publisher, independent artist lokal hingga regional (negara tetangga)


Segera hadir kembali, Bandung Zine Fest
Sabtu, 27 Agustus 2016
di Spasial, Jl. Gudang Selatan No. 22 Gratis


Terdapat lebih dari 45 Zinemakers, Self Publishers, & Independent Artists yang akan hadir.
Sharing Session bersama :
Yuen - Editor dari SHOCK & AWE Fanzine, Malaysia
Didi Painsugar - Editor PENAHITAM Fanzine, Malang
Bincang Buku bersama :
Dokter Marto - Penulis buku "RSD '15 : Seberapa Besar Rp 500.000 Bisa Bicara Di Records Store Day 2015
Lelang Official Merchandise Bandung Zine Fest 2016 Deluxe Edition & Printed Official Poster diatas Canvas.
Pastikan kamu hadir di gelaran Bandung Zine Fest 2016
Official poster oleh :
Mufty 'Amenk' Priyanka
Call center :
+62878.2426.4484

Untuk saat ini, Newbornfire zine tidak berpartisipasi di event ini. Memang sungguh disayangkan..ya karena memang sampai saat ini NBF belum mengeluarkan produk/karya apapun dalam bentuk fisik. Cukup segan dengan mereka yang masih semangatdalam berkarya, baik secara fisik maupun digital, baik zine tulisan, zine puisi, zine artwork atau apapun karyanya, saya selalu angkat topi untuk mereka. terlebih kepada Deden dan teman-teman yang mengorganisir event Bandung Zine Fest ini. untuk tahun 2013 NBF zine masih hadir dalam event ini, karena memang rilisan terakhir edisi #13 saya masih punya waktu dan passion untuk memproduksi secara fisik dalam bentuk cetak/fotokopi. Bagaimanapun saya mewakili NEWBORNFIRE Zine tetap sangat mendukung mereka semua. apapun konsep mereka demi sebuah karya alternatif dan independen... Congrat & cheerzzz!!!




Zine eksibitor / Local Artist / Self Publisher :
1. Addy Debil a.k.a WHOP, Bandung Addy Debil
2. Amenkcoy a.k.a Sleborz, Bandung Mufti Priyanka
3. Amour, Cimahi
4. Aneka Donat Disko, Jakarta
5. Annisa Rizkiana Rahmasari, Semarang Annisa Rizkiana Rahmasari
6. Archfriend Comic Circle, Bandung
7. Atur Frekuensi, Ciamis
8. Binatang Press!, Jakarta
9. Bisik Bisik Kembang Goyang, Jakarta
10. Butuh Spasi, Tasikmalaya
11. Cikudapapers, Bandung
12. Cucukrowo Mekgejin, Bandung Dilla Anbar
13. Djejak Kata Bandar, Lampung
14. Dokter Marto, Jakarta
15. Durhaka Zine, Bandung
16. Flock Zine, Yogyakarta
17. Supergunz Studio, Bandung Gandhi Eka
18. Garage Zine, Banjarmasin
19. Girisonyo Berdikari, Surabaya
20. Hysteria, Semarang Adin Mbuh II
21. IVR, Bandung
22. Jekenjel Zine, Jakarta
23. Kammlet Zine, Bandung
24. Kawai Girl Zine, Surabaya
25. Kentja Press, Ciamis
26. KIF / Tigabelas Zine, Cimahi
27. Kolektif Betina, Yogyakarta
28. Lekka Leisure Club, Bandung Reka Nugraha
29. Lokit Funzine & Matakiri, Bogor
30. Ltd Edition, Bali Billy Agustan Ican Harem
31. MATAMERAH COMIX, Bandung Array Madness
32. Mata-Mata x Riotic Recs, Bandung
33. Matigaya Comic, Tangerang
34. Mustahil Media, Jakarta
35. Needle and Bitch, Yogyakarta
36. Omuniuum, Bandung Iit Boit
37. Padang On Stage, Padang
38. PENA HITAM, Malang Painsugar
39. Puput PAP Comic Zine, Pasuruan
40. Raih Cinta Dan Prestasi, Bandung
41. Rar Editions, Yogyakarta
42. Resatio a.k.a Visual Thief, Bandung
43. Rian Afriadi a.k.a The New Sun, Depok
44. Salamatahari, Bandung
45. Shock N' Awe, Kuala Lumpur Yuen Phantome
46. Skeptikal, Semarang
47. Sobat Indi3, Jakarta
48. Tamanbacabinar, Cipanas Gilang Adi Widasara
49. The Vein, Bandung Bloods Industries
50. Unrest Collective, Yogyakarta Sri Taarna Galak
51. Warning Magz, Yogyakarta Tomi Wibisono
52. Zine Semalam, Bandung


*Kilas Balik di Bandung Zine Fest sebelumnya

PARTICIPANTS CONFIRM:

ZINES:
NEWBORNFIRE
PRIMITIF
DISTRACTION
LAPUK
RESURECTION
PUNK ILEGAL
ILLUMINATUS
SEPUTAR BERPUTAR
AUDIO DESTRUKSI
RED REBEL
BUNGKAM SUARA
INKOHERENT

WEBZINE:
LEMARI KOTA
WASTEDROCKERS
BANDUNG-UNDERGROUND.COM

DISTRO/COLLECTIVE/INDEPENDENT Publishing:
IM Books
INSTITUTA
MATAMATA Zine Distro
HARSH Distro
ALTERNAIVE
MORBID DEATH ART
RUANGKECIL 

Minggu, 24 Januari 2016

2016, titik balik serta retrospeksi satu hingga dua dekade ke belakang




Sekarang sudah 2016, tak terasa sudah. Hampir satu bulan di awal tahun sudah berjalan. Perubahan demi perubahan mewarnai hidup. Teman-teman satu visi, satu tongkrongan hingga kebiasaan saya sudah banyak berubah. Yang dekat menjadi jauh, yang jauh menjadi dekat. Efek samping, lebih tepatnya ketimpangan era teknologi informasi. Aktivitas serta ruang berkarya makin sempit. Terlalu sibuk dengan rutinitas pekerjaan formal yang statis dan monoton, dan hiburan yang kurang terasa untuk dinikmati. Ah, sudahlah terima saja, memang harus seperti ini kok jalannya. 

Apalagi sejak pertengahan tahun 2015 lalu saya sudah kembali ke ibukota negara, metropolitan yang semrawut, arogan dan kurang manusiawi. Sebelum kembali ke ibukota sebenarnya saya sudah cukup terbiasa hidup dengan lebih tenang di kota yang tidak padat, lebih teratur dan manusiawi. Bisa menikmati udara pagi yang segar, bersepeda keliling kota dengan ditemani alunan nada melalui headset dan file-file audio dalam hand/smartphone, melewati banyak hutan dan pantai. Walau semburan api dari flare kilang minyak terbesar tetap menyembur dan polusi udara pembakaran pabrik salah satu industri semen terbesar di negeri ini tetap mengepulkan asapnya. Walau polusi udara tetap ada, namun untungnya masih banyak zona hijau yang dipertahankan, hutan kota yang tertata, sawah yang luas serta tidak terlalu banyak kendaraan bermotor lalu lalang dan klakson yang out of tunes. 

Suasana pantai Teluk Penyu pagi hari (atas) dan Hutan Kota Jl. Thamrin Cilacap (bawah)

Saya menikmatinya. Ya, hidup di kota kecil dengan suasana masih seperti di pedesaan atau masih dikelilingi banyak desa, hutan, rawa-rawa, dataran tinggi serta dekat dengan pantai. Sayang, itu hanya temporer. Saya hanya menjalankan tugas duniawi disana. Dan setelah tugas selesai, harus pergi lagi. Setelah itu memang ada beberapa tawaran pekerjaan baru di kota Gresik dan Jakarta. kebetulan setelah negosiasi dengan pekerjaan baru dan dengan berbagai pertimbangan yang cukup berat, akhirnya saya pilih kembali ke Jakarta. Tetapi ya itu tadi, Kenangan 2 tahun saya tinggal di kota Cilacap dengan ‘keteraturan’ dan ‘kedamaian’ masyarakatnya, ketika pertama kali bekerja lagi di Jakarta yang kusut dan semrawut, sempat juga kaget atau shock dengan kondisi tersebut, karena malah seperti tambah crowded dan unsafe. Ah, akhirnya waktu demi waktu saya menyesuaikan juga kondisi seperti ini.


CONTROL UNDER MISDEED (2005-2007)

Sekarang masih Januari 2016. Postingan terakhir untuk NEWBORNFIRE ZINE juga tepat di Januari tahun lalu, 2015. Setahun posting baru di update setahun kemudian. Media macam apa ini? Hahaa.. ya, suka-suka yang punya media aja lah. Sepuluh tahun lalu juga, 2006 band saya membuat demo live dengan CONTROL UNDER MISDEED atau C.U.M atau CRUMS. Melakukan recording dengan fun, ngeben untuk senang-senang dan tanpa beban. Play fast die old... style yang mungkin agak berbeda dengan band-band lain di era tersebut, durasi cepat tapi bukan fast/thrashcore, metallic sound tapi bukan metalcore, vokal growl serta drum ngebut tapi bukan grindcore, juga ada beberapa gang vocal tapi bukan youthcrew juga. kurang banyak diminati lah..hehee. Ya, orang-orang di band ini 4 dari 5 personilnya masih cukup aktif kok di skena musik independen di Jakarta & Depok. Drummer CRUMS, Agus masih main di WHAT WE THINK dan terakhir membuat SLUTGUTS. Second guitar kami, Sacha juga masih main di LOOSERZ dan sekarang kabarnya membantu DEAD VERTICAL juga pada stage crew. Vokalis kami, Rudi Giant saat ini menjadi vokalis di band death metal papan atas, SIKSAKUBUR. Di  C.U.M atau CRUMS, Ini adalah kali kedua saya recording dan mendokumentasikannya dalam bentuk demo CD. Namun apa daya, umurnya tidak secepat tempo drum-nya.


Sebelumnya saya pernah melakukan take recording yang lebih serius, karena pertama kali masuk studio rekaman dengan band saya ketika masih kuliah di Bandung, tahun 2003 dengan home base di skena hardcore kota Cimahi, ROTTENCHEESEBURGER. Band tersebut hanya berusia pendek juga walau sempat ikut beberapa kompilasi, salah satunya dari UNDYING MUSIC bareng band-band papan atas dari berbagai kota seperti  FALL, HANDS UPON SALVATION, DOWN FOR LIFE, DEVADATA, NOXA, dan banyak lagi. Sayapun kehilangan kontak dengan para ex-member band ini dan memang tidak ada yang aktif lagi di skena musik setelah sibuk dengan pekerjaan dan berumah tangga. Pertama kali memainkan style yang lebih berat, latihan yang lebih serius dan konsentrasi ya disini, di ROTTENCHEESEBURGER. Terdengar berbau atau terinspirasi BURGERKILL? Haha.. Ya ! Mungkin, gitaris pertama kami yang memberi nama itu dan katanya terdengar sangat ‘hardcore’. Kebetulan memang kami semua waktu itu juga penggemar BURGERKILL serta pernah menyukai band HC lawas juga dari Bandung bernama HELLBURGER. Saya memang personil baru di band tersebut untuk mengisi kekosongan pemain bass, dan berhasil membuat lagu terpanjang sekitar 9 menit untuk pertama kalinya dengan sentuhan metallic hardcore 90an dari STRIFE, EARTH CRISIS hingga yang paling membekas adalah dari band-band Goodlife recordings. 

THE DOGS DAY (2000-2002)

Selain dengan band-band tersebut, sebenarnya saya juga punya band lagi di kampus saya dulu. Memainkan melodic punk rock ala BAD RELIGION, NOFX, STRUNG OUT hingga pengaruh dari band-band street punk/Oi! Seperti THE BUSINESS & BLITZ. Salah satu personilnya yang hingga saat ini masih cukup aktif di skena musik independen Bandung adalah Helmi Akbar, yang sekarang menjadi vokalis band ska/2-tone FLOWER CITY ROLLIN’. Teman-teman lainnya sudah jauh dari ‘dunia’ musik.
Ya, sekarang masih bulan Januari 2016. Mungkin 20 tahun lalu tepatnya yaitu 1996 saya pertama kali mendatangi gig ‘Underground’ di Jakarta. Tepatnya di Poster cafe, venue yang sangat bersejarah untuk skena musik independen Jakarta. Saya agak malas menyebut musik tersebut dengan kata ‘underground’ ataupun ‘indie’. Underground di Indonesia juga gak begitu bawah tanah kok pada prakteknya. Apalagi, beberapa masyarakat yang juga terpelajar masih menganggap musik underground itu musik yang berbau ‘setan’ atau yang gerowok-gerowok suaranya. Padahal musik akustik atau pop juga bisa masuk kategori underground kalau memang prakteknya dengan cara ‘bawah’ dan jauh dari arus utama. Beda lagi dengan istilah indie buat sebagian orang, indie malah dipahami sebagai tren musik baru setelah alternatif redup, yang akhirnya terkomodifikasi di event besar bersponsor besar, yang mungkin juga mengecoh beberapa individu/band yang ingin diorbitkan (baca : ingin terkenal) tapi dengan aransemen, tema, sikap dan cara yang biasa dipakai band-band di jalur utama dan berbudaya populer.  Untungnya saat ini istilah yang ‘mendadak indie’ sudah tidak terlalu bergema di jalur media utama, dan band-band sudah lebih fokus bekarya dengan total tanpa terpengaruh istilah indie atau bukan, karena band bagus tetaplah bagus, aransemen musik keren tetaplah keren. Abaikan label ataupun genre, terlebih karyanya memang fresh dan belum terpikirkan oleh orang atau band lain pasti akan terus bertahan. Karena memang sekarang lebih tepat menghasilkan karya kreatif dahulu, baru keluarlah label atau genre tersebut. Ya, memang lebih baik seperti itu, era informatika akan setahap demi setahap akan pudar. Era kreatifisme akan menyambut. 

Bila era IT rilisan fisik minim atau kurang diminati. Sudah saatnya memutar otak membuat rilisan fisik dengan mempercantik kemasan atau membuat ide sekreatif mungkin, sehingga kalau tidak ada rilisan fisiknya (hanya mengunduh e-file saja) akan sangat kurang memuaskan. Rilisan fisik memang harus dibuat sedemikian rupa untuk dinikmati dan enak dipandang atau membanggakan jika ditaruh di rak koleksi. Sudah banyak kok contoh band yang membuat rilisan fisik dapat dinikmati kemasannya. Diantaranya, sebut saja MOCCA dengan kemasan album yang selalu tematik tiap merilis album, dan paling berkesan buat saya adalah ketika album Colours. SERINGAI dengan skull artwork yang selalu epik, VAGUE yang dramatis, TO DIE yang mungkin sudah tidak terhitung lagi konsep kemasan maupun artworknya di banyak albumnya, serta masih banyak band lainnya yang memang tidak sembarangan kreatifnya dalam membuat kemasan. Oh ya, kemasan sampul kaset pertama yang saya pernah beli dan saya suka idenya adalah CLOSEMINDED. Saya beli di sekitar tahun 1997 di Bandung, sayang band ini hanya mengeluarkan satu album dan sebentar sekali kariernya. Entahlah, karya yang esensial itu seringnya hanya berusia pendek.

Kembali flashback lagi sedikit di tahun 1996, dimana saya menjadi pemula dalam ‘skena independen’, sebagai penikmat tahap awal mengenal musik keras saya cukup antusias dengan skena tersebut. Band metal cadas lokal yang pertama saya lihat waktu itu adalah DEMONIAC, disusul MALIGNANT, ALIEN SCREAM, TENGKORAK, BETRAYER hingga TRAUMA. Musik-musik tersebut sebenarnya tidaklah asing buat saya waktu itu, hanya baru lihat live-nya ya pada tahun 96 tersebut. Sebenarnya saya sudah kenal heavy metal hingga variannya sejak kelas 6 SD hingga awal SMP. Era SEPULTURA dan METALLICA live di Indonesia-pun saya sudah menikmatinya, namun belum berani atau belum diizinkan orangtua untuk menonton secara live mereka. 

Hingga di umur sekitar 15 tahun, kelas 1 SMA saya dikenalkan banyak rilisan album-album metal, banyaknya adalah death metal oleh teman sepermainan sejak kecil saya, Deni Muchdor. Deni pernah menjadi gitaris unit death metal Jakarta, TRAUMA dan mengisi beberapa band penting lainnya. Deni-pun mengenal metal dari sepupunya, Ovi yang juga pernah menjadi drummer band HC lawas Jakarta DIRTY EDGE. Tak hanya metal, walau pada pertengahan tahun 90an para fans metal lokal tidak menyukai genre lain, apalagi dengan punk cukup sering berselisih. Namun, saya tidak peduli, sayapun menyukai band-band punk. Memang tidak awam juga dengan punk, karena era MTV awal tayang di Indonesia saya mengenal alternative, grunge sampai pop-punk ya dari MTV. GREEN DAY  memang yang pertama saya kenal dan suka, disusul RANCID dan akhirnya tertarik mendalami akarnya dengan meminjam rekaman-rekaman musik di akhir tahun 70an milik paman saya, yaitu SEX PISTOLS, THE CLASH, THE DAMNED hingga RAMONES. Gak sangka juga, paman saya mengoleksi foto-foto band punk generasi awal dari majalah-majalah yang ia gunting dan tempel pada era kejayaannya.

Perselisihan tak jelas antara penyuka metal dan punk di Jakarta khususnya, pada waktu itu tidak membuat saya membenci satu sama lain musik yang berbeda genre. Tak peduli teman-teman saya yang metal ketika itu membenci band serta massa punk, begitupun sebaliknya. Berawal dari poser, borok, atau apa lah namaya. Poseur atau poser, sesuatu tahap yang memang manusiawi. Poser merupakan fase yang dilalui setiap orang sebelum tahu akhirnya menjadi tahu. Makanya, jangan berlebihan membenci poser! Memang kenyataannya, poser itu menyebalkan ketika kita sudah melewati fase atau tahap tersebut. Tetapi, kita yang sudah melewati harusnya tidak menjadi belagu atau tinggi hati. Ya, sebaiknya membantu memberi informasi ataupun mengedukasi, bukan mem-bully atau meledeknya. Saya jadi ingat, beberapa orang yang pernah sok senior dan berlebihan mengejek atau mem-bully orang yang baru tahu (pemula), bahkan suka meledek poser, sekarang benar-benar sudah menghilang atau bahkan ada yang berbalik membenci musik. Pilihan hidup memang bagian dari takdir, dan takdir memang tidak bisa ditebak. Hanya saja yang dulu berlebihan ‘militan’ terkadang malah lebih dahulu ‘tumbang’.

Begitupun orang yang pertama kali membuat saya suka 'punk' lebih dari sekedar musik itu, teman SMA saya sekarang menjadi orang yang anti-musik atau mengharamkan musik. Memang gejala ini sudah saya rasakan ketika lulus SMA. Teman saya ini yang pertama kali mengenalkan saya BAD RELIGION, sebuah karya punk yang ilmiah dan intelek yang tetap saya suka hingga saat ini. Tadinya saya pikir akan seperti musik-musik pop-punk mainstream biasa di era GREEN DAY, tetapi band ini sangat lebih dari itu. Sangat membuat saya semangat hidup, semangat belajar kala ketika menghadapi ujian dan cepat membuat saya move-on ketika ada kekecewaan masalah hati pada masa remaja tersebut. Tidak tanggung-tanggung memang, teman saya yang mengenalkan saya dengan banyak band dan rilisan album-album punk keren, juga sikap ‘punk’-nya semasa sekolah serta penjiwaan lirik-lirik lagu punk yang ia suka, beberapa tahun kemudian malah terlibat jaringan ekstrimis radikal dan sempat berurusan dengan hukum setelah saya tinggal dan kuliah di Bandung. Ah, sialan, sayang sekali. Sangat kecewa saya kepadanya. Kadang sebagai teman baik memang tidak selamanya harus cocok dengan jalan pikirannya, kadang harus merelakan pilihan masing-masing. Begitupun pilihan saya. Ketika beberapa tahun kemudian saya bertemu lagi dengan teman saya yang dulu sangat nge-punk akhirnya terlibat hukum dan menjadi anggota ekstrimis berbau agama, surprise lah kami. Dia tahu kalau saya tetap menikmati musik, bahkan saya main di band dan dia tidak melarang atau menceramahi saya. Ya, saya tahu waktu terakhir kali saya ketemu dia sebelum terlibat jaringan ekstrimis dia memang sudah pernah bilang, “musik itu haram”, “alat musik aja yang menciptakan orang dari agama lain” dengan berbagai alasan yang terlalu dipaksakan dan asal mencomot dalil yang dihubung-hubungkan, tapi sampai sekarang saya merasa tidak ada masalah dengan itu. 

Ya sudah lah, siklus ini terjadi baru-baru ini tetapi dengan skala yang lebih luas lagi. lebih 'nasional' sepertinya. 2-3 tahun lalu terjadi di skena musik lokal kita, yaitu pengharaman musik, bahkan konyolnya hingga pembakaran alat musik, serta dimeriahkan lagi oleh gelombang hijrah para musisi yang meninggalkan musik. Itulah hidup, ada kesenangan juga ada kekecewaan, yang penting jalani dan nikmati saja dengan tetap rendah hati. (BERSAMBUNG)