Jumat, 16 Januari 2015

Resensi awal tahun 2015



Entah resensi, retrospeksi  tahunan, kaleidoskop atau apa namanya, 2015 sudah berjalan setengah bulan lebih. Namun, ada yang tak bisa terlupakan dalam hal playlist atau karya album dengan kesan tersendiri yang mungkin tidak ada salahnya saya tuliskan. Beberapa rilisan album dibawah adalah rilisan yang sangat berkesan di 2014 dan saya tunggu kelanjutannya di 2015 ini apakah mereka akan mengeluarkan karyanya, entah single, e.p atau mungkin full length, atau mungkin aksi panggung mereka di depan mata telanjang saya. saya tunggu dan harapkan mereka di 2015 ini.



Martyrdöd – Elddop, 2014 

Setelah bergabung dengan Southern Lord Record pada 2012 silam di album Paranoia, band d-beat crust metal Swedia ini makin dewasa. 'Dewasa' kadang membuat kecewa penggemar setianya karena berubah menjadi lebih ‘mapan’ atau kadang menjadi lebih ‘profesional’ dalam sound maupun penyajian-penyajian lainnya, sehingga malah cepat membosankan dibandingkan dengan sound yang tidak dipoles, apa adanya. Kecenderungan raw sound itu biasanya punya sensasi tersendiri dalam pancaran suara yang lebih kasar dan brutal. Tetapi Martyrdöd tidak seperti itu, di album penuh ke 5 ini berkembang menjadi lebih megah dan tidak hanya sekedar menjadi neo-crust yang terdengar seragam dengan band-band se-tipe. Neo-crust memang sempat ‘booming’ karena keberhasilan band seperti Tragedy hingga End Of All meramu nada-nada harmonis, kesan gelap dan genderang perang dipacu bersama. Tetapi, Martyrdod kali ini lebih dari itu, karena aransemennya sungguh kaya unsur-unsur berbagai genre dan eksplorasi maksimum pada nada yang harmonis, termasuk unsur band-band keluaran Southern Lord yang banyak diantaranya bernuansa doomy dan down-tempo membuat atmosfernya terdengar tambah suram, seperti bukan Martyrdod sebelumnya, walau tetap ada agresifitas discharge-beatnya. Melodius dan gelapnya seperti apa yang pernah dihasilkan oleh Dissection. Gitaris mereka, Mikael kjellman juga bermain di Skitsystem, veteran crust punk yang musiknya lebih menuju ke oldschool death metal. Ya, perpaduan black dan death metal merasuki ruh para 'syuhada perang' di Martyrdod dengan garapan yang lebih matang tanpa menghilangkan sisi crust punk dan d-beat yang mendasari mereka.


DIRTY EDGE – Reuniting The Families, 2014

Band ini tanpa didasari membuat saya terus mengulang track-track mereka. Band sepuh ini sudah 20 tahun berdiri di Jakarta, dan sempat vakum lama. Tapi, full length kedua ini menyajikan kejutan dengan sound yang lebih heavy dan nendang perut, bukan nendang pantat lagi. Lirik berbahasa Indonesia semua dan terdengar keren, jelas artikulasinya, berkarakter, agresifitasnya masih seperti ketika saya melihat pertama kali sekitar tahun 97-98 walau mungkin beat-nya sudah cenderung middle-tempo, dan malah diperkaya dengan eksplorasi kocokan gitar yang nge-groove, funk, gaya vokal hip-hop dan ketukan thrash metal. Pengaruh band hardcore dengan karakter vokal 'galak' ala Ryker’s dan Brightside masih tetap terasa prima setelah saya lama tidak melihat dan mendengarkan mereka lebih dari 10 tahun. Cover-nya terasa seperti bentuk lain dari Agnostic Front & Warzone. Kalau boleh saya deskripsikan adalah, anggap saja band-band NYHC yang diketuai Roger Miret didampingi Lou Koller sedang meneriakan aspirasinya di jalan sambil masing-masing beradu 'pantun' (baca : battle) dengan Kid D (Ryker's) dan pasukan band Germany HC lainnya dengan membawa gang vokal para skinhead yang siap meneriakan yel-yel protes di halaman gedung putih.


VAGUE - Footsteps, 2014


Wajar memang kalau album ini mendapatkan banyak pujian dan minim kritik. Eksplorasinya berhasil menyita banyak perhatian pendengar hingga jurnalis musik. Terus terang, saya pernah menjadi bagian dari band ini dan merasakan susah senangnya hingga mengeluarkan demo live & E.P di 2012. memulainya dari nol dengan mencoba jamming bermain musik-musik punk 80an, mencoba garage punk, lalu memasukan unsur band-band DC Hardcore era revolusi musim panas (Dischord style), ditambah balutan indie-rock, space-rock, math-rock, post-rock hingga shoegaze-rock. Alhasil, jadilah sebuah karya bertajuk Footsteps. Ya, bangga pernah berada di band ini walau akhirnya saya harus mengundurkan diri karena harus memilih pekerjaan yang waktu itu mengharuskan saya berpindah lokasi yang sangat jauh di seberang dan alasan personal lainnya. Sekarangpun saya tetap masih stay di luar kota, tapi tidak sejauh ketika saya memutuskan berhenti dari band ini. Beberapa track di album ini juga 50% saya masih familiar dan malah menjadi nostalgia sendiri, walau beberapa lagu dirubah part ataupun bassline-nya. Yang menjadi kesan tersendiri adalah lagu ‘A Giant Blur’ yang aransemennya 97% masih sama ketika saya mainkan dulu dan menjadi favorit saya ketika dibawakan di panggung. Intinya, eksplorasi disertai eksperimentasi mereka memang pol, terlebih aransemennya makin dewasa. Dewasa yang bijak, tidak seperti di era saya yang cenderung masih ingin lebih straight forward dan agresifitas beat yang cepat (baca : nge-punk). Walau saya sebenarnya berharap ada lagu yang masih tetap bertempo yang cepat di album ini agar lebih dinamis dan bercerita tersendiri dengan dinamika aransemen maupun tempo tersebut, namun sepertinya mereka sudah berpikir lebih maju kedepan daripada saya dengan apa yang mereka aransemen, meramunya dan menghasilkan album yang berkarakter ini, ditambah kemasan yang menawan, hehee.


CHROME DIVISION – Infernal Rock Eternal, 2014


Black metal all-star goes to be bikers. Album penuh ke 4 ini menjadi teman setia dalam berkendara motor jika kamu pulang kampung menggunakan motor. tidak pengaruh jenis motormu, mau motor bebek atau motor 4 tak, asal bukan sepeda listrik :) Mereka memang mempunyai agenda mengembangkan subkultur motorcycling di skena heavy metal, bergaya hidup rock n' roll yang liar dan ‘macho’ kalau kata jurnalis musik kondang. Haha.. Ya, penampilan mereka bila dideskripsikan ya seperti itu, cieilah 'machow'. Shagrath dari Dimmu Borgir bermain gitar disini, sementara vokal saat ini diisi oleh Athera (Susperia), serta beberapa nama black metal lainnya seperti Old Man’s Child, Carpe Tenebrum dan Ragnarok. Sangat fun lagu-lagunya, pengaruh Motorhead, AC/DC, hingga Turbonegro menjadi bahan bakar utama dengan komposisi oktan tingginya dalam melaju mengarungi provinsi dalam konvoi di sepanjang 2014 kemarin. Bagaimana ya nyebut mereka dengan seenak udel saya? This is New wave Of Black-motor n’ roll-alternative metal!
 

HELL ON FIRE – Rock N’ Roll From Hell, 2014

Balutan imej motorbikers, Pecinta Motorhead dan Punk attitude memang cukup berkembang di 2014. Ya, motorcharged (Motorhead & Discharge-beat) seakan makin merasuki tubuh-tubuh skena hardcore punk di seluruh dunia. Saya sendiri sebenarnya kurang mengikuti lagu-lagu Motorhead, hanya sebagian saja yang saya tahu. Dan saya tidak mau banyak komentar, walau rilisan mereka saya sering putar. Saya juga sudah melihat live mereka di Purwokerto ketika mereka tur Jawa Tengah. Kesan baru buat para pendengar baru Motorhead seperti saya.